Showing posts with label #IntroverTime. Show all posts
Showing posts with label #IntroverTime. Show all posts

Tuesday, October 22, 2019

Tahu Campur Langganan: A Story of Quarter-Life Crisis

(Disclaimer: artikel ini tidak akan membahas definisi dan teori tentang Quarter Life Crisis secara gamblang, melainkan lebih kepada refleksi penulis akan krisis tersebut. Enjoy!)


Hari ini seharian hujan. Maklumlah, ini bulan November: bulan di mana ada banyak teman yang berulang tahun, namun suasananya tetap gloomy, karena langit senantiasa terlukis oleh barisan para mega mendung. Dan entah bagaimana, menurut saya hari ini adalah salah satu hari perkuliahan yang paling absurd. Saya tidak mau membeberkan alasannya, tapi cukuplah saya memberinya label sedemikian rupa. Saya masuk kuliah sekitar jam delapan pagi dan perkuliahan selesai pada jam lima sore: inilah yang saya sebut dengan rutinitas sehari-hari. Tapi ternyata, jam terakhir perkuliahan hari ini kosong. jadilah saya diajak berkaraoke oleh seorang teman perempuan saya. 

Kami pun hanya berkaraoke selama satu jam. Lepas itu saya mengantarkan teman saya tersebut pulang dan menumpang untuk salat Maghrib di rumahnya. Dan tak lama, saya sudah kembali berada di jalanan, dengan tangan kanan memaju-mundurkan gas sepeda motor dalam keadaan co-pilot alias setengah sadar. Menerpa dinginnya udara malam sambil berpikir keras untuk mengisi perut dengan menu makanan apa. 

Ilustrasi tahu campur (source)

Awalnya benak saya mengatakan untuk makan sate ayam saja. Namun entah kenapa, saya malah spontan berbelok ke sebuah warung tahu campur di daerah Sawojajar, yang mana dahulu merupakan tempat makan langganan keluarga. Demi apa, saya tidak pernah sekalipun makan di sana sendirian; saya selalu makan di sana bersama kedua orang tua dan adik lelaki saya. Saya tak akan bisa lupa kebiasaan ayah saya yang selalu memesan tahu campur dengan tulang muda. Sedangkan ibu saya selalu tidak mau pakai menyok (perkedel singkong) dan minta tambah petis. Kalau adik saya, ia tidak makan tahu campur tapi dipesankan sate ayam di warung sebelahnya, soalnya dulu ia masih kecil. 

Ya, sudah sangat lama saya tak mampir kemari semenjak perceraian orang tua saya enam tahun silam.  

Saya akhirnya memberanikan diri untuk memesan pada si penjual— yang ternyata juga sudah turun generasi. Bila dahulu si penjual adalah seorang bapak-bapak ramah yang memanggil saya dengan sebutan 'si pesek' (si hidung tak mancung), kini posisi penjual tersebut sudah digantikan oleh anak beliau. 

Sebagian perasaan saya merasa senang, karena saya jadi tidak perlu basa-basi menjawab pertanyaan tentang bagaimana keadaan orang tua saya dan kenapa kami tidak pernah ke sini lagi bersama-sama. Namun begitu, sebagian perasaan saya juga merasa sedih, karena unsur nostalgia yang saya cari di warung ini jadi tereduksi. Tanpa saya sadari, dunia seketika menjadi lebih 'dingin'. Segalanya serentak terasa baru, asing, dan menyesakkan. 

Kala duduk menunggu pesanan datang, saya belum mengalami momen keruntuhan mental yang berarti. Namun, sesudah pesanan datang dan saya mengambil sebungkus kerupuk untuk dipatahkan jadi dua, tiba-tiba kedua mata saya terasa berat sekali. Saya ingat ibu saya yang selalu melakukan hal itu untuk memudahkan saya mencelupkan kerupuk tersebut pada kuah tahu campur. Baru saat itu, saya makan dengan hati bak teriris sembilu. 

Sepulang dari warung tahu campur, saya menyetir dengan pikiran yang lebih berkecamuk. Kendati sebenarnya, saya sudah muak mempertanyakan hal-hal tersebut. Tentang bagaimana saya mau tidak mau harus mengakui derasnya arus perubahan, menerima baik-buruknya takdir, berpuasa mengutuk dan berhenti mencari kambing hitam— singkatnya, menjalani dongeng-dongeng kebajikan tentang beranjak dewasa.


Hi, Dialers!

Saya baru ingat kalau kisah tersebut saya tulis di tahun 2017. Dia sudah mangkrak di draft, dan saya benar-benar lupa kalau pernah menuliskannya di sini. Saya ingat kala itu, sesampainya di rumah, saya langsung menulis cerita tersebut lantas pergi tidur (kebiasaan mutlak saya kalau sedang sedih). Faktanya, setelah saya baca ulang, saya masih bisa merasakan dan terhanyut dalam kesedihan itu. Seakan-akan, kejadian tersebut masih baru terjadi kemarin. 

Kendati begitu, saya lega kejadian itu pernah hadir, dan sejatinya ia juga telah berlalu.

Mungkin, kesedihan di hari itu bisa begitu mendayu karena efek cuaca dan galau belum dapat judul skripsi. Di awal usia kepala dua, saya nampaknya mulai terjangkit virus mengerikan Quarter Life Crisis. Ya, tak usah menunggu sampai momen lulus kuliah, pontang-panting mencari kerja, atau saat mulai panik ditanya 'kapan nikah?' datang, saya pun sudah bisa diserang oleh krisis bajingan tersebut. Krisis di mana saya mulai beranggapan bahwa seakan menjadi dewasa sama halnya dengan 'berhenti meminta bantuan'. 

(source)

Adapun yang bisa saya katakan saat ini mengenai keadaan tersebut adalah 'It's okay. You're not the only one experiencing this shitty phase. You'll manage to get through.' 

Pasalnya, saya ingat waktu dini harinya, saya tiba-tiba terbangun dan malah mendapat ide untuk mengangkat krisis ini sebagai tema skripsi saya. Saya memang tidak secara eksplisit mengambil tema itu, sih. Tapi masih erat lah kaitannya karena mengacu pada karya sastra yang memuat nilai psikologi perkembangan ala emerging adult. Jika diingat lagi, krisis tersebut malah jadi berkah juga ya?

Saya pun bersyukur saya sudah mengenal istilah krisis ini sejak dua tahun yang lalu. Padahal, krisis tersebut nampaknya baru santer diperbincangkan baru tahun-tahun ini di Indonesia. Tak percaya? Coba deh browsing. Artikel dalam negeri yang membahas isu ini rata-rata baru dipublikasikan di tahun 2019. Mungkin karena semakin kemari, semakin timbul kesadaran bahwa pergeseran nilai zaman amatlah berpengaruh dalam ganasnya proses 'penggerogotan' yang dilakukan krisis ini. 

Terlepas dari pengalaman Quarter Life Crisis saya di atas yang tidak melibatkan gadget, perlu diakui bahwa peran gadget acap kali disinggung sebagai salah satu pemicu utama sang krisis di era sekarang. Era media sosial yang lekat dengan budaya 'pamer dan membanding-bandingkan nikmat hingga kesengsaraan hidup' memang sangatlah melelahkan mental. 

(source)
Namun kembali lagi, apa pun yang memicu Quarter Life Crisis-mu, tak ada pilihan lain selain harus tetap bangkit dan berjalan.

Bahkan walau semua itu ditunaikan dengan tanpa makna atau tanpa alasan. Karena siapa tahu, sang makna memang ingin untuk dimenangkan— bersembunyi dan menunggu untuk berjumpa di balik segala rupa rasa resahmu. Atau bahkan, lupakan saja misi menjemput makna itu. Tetaplah bangkit dan berjalan hingga sang makna yang kelak kan menjemput dan memenangkanmu.
Share:

Tuesday, January 31, 2017

Newsflash: INTJs are most likely to end up suffering in hell!

(Kalau kalian penasaran dan ingin tahu penjelasan lengkap mengenai tes MBTI versi Wikipedia, kalian bisa klik di sini. Sedangkan untuk penjelasan lengkap mengenai INTJ versi Wikipedia, kalian bisa klik di sini)

Warning: this post is most likely wrapped as a joke so, come on! Don't take it too personally!

Setiap hari ― bukan, setiap detik ― saya selalu dibayangi dengan pertanyaan jahanam bernada 'apakah pada ujungnya saya hanya akan berakhir di neraka?'. Well, saya paham kalau pertanyaan macam ini adalah pertanyaan yang mainstream ― namun juga bisa dibilang esensial ―  karena Ia pasti dipertanyakan oleh setiap insan yang garis hidupnya berujung pada keabadian bertajuk 'kematian'. Jujur saja ya, sebagai seorang INTJ, saya tidak terlalu optimis akan hal ini. Melihat orang yang begitu percaya diri akan lolos dari neraka pun membuat saya merasa cringey sekaligus kagum (may the odds be ever in your favor, guys).


Alasan dari kepesimisan saya tadi bisa jadi karena kriteria untuk masuk neraka maupun masuk surga masih lumayan membingungkan bagi saya. Ya, saya tahu kalau mayoritas kriteria itu sudah disebut di berbagai kitab suci, ditafsirkan, dan disampaikan secara gamblang oleh para ahli serta pemuka agama. Namun secara personal, sebagai seseorang yang butuh definite kind of criteria, saya masih meragu apakah 'orang baik' akan selalu masuk surga dan 'orang jahat' akan selalu masuk neraka (who knows what God knows). However, it's not like I'm questioning every single validity and axiom ― toh pada akhirnya ya saya juga jelas ingin masuk surga. Cuma, saya kurang optimis, itu saja.

Lucunya, pagi ini otak saya sedang ingin 'berbelok'. Bila pada pernyataan-pernyataan sebelumnya saya terkesan tidak ingin memberi label, tapi nyatanya kok saya tiba-tiba terpikir bahwa INTJ adalah salah satu kandidat kepribadian yang paling potensial untuk masuk neraka (lol). Without further due, here are the reasons why:

1.    Terlalu Banyak Mempertanyakan Kebenaran

Lho? Bukannya selalu mempertanyakan kebenaran itu bagus? Ehem, tolong bedakan penggunaan kata 'selalu' dan 'terlalu', ya. Terlalu banyak mempertanyakan kebenaran itu yang bodoh, yang bisa jadi akan membuat siapa saja keblinger alias tersesat. 

image source
The thing is, INTJs are delicately prone to this issue. Bukannya sok religius atau bagaimana ya, tapi masih ingat kan dengan kisah Nabi Musa AS, kaum Bani Israil, dan sapi betina? Itu lho, yang tertera di Surah Al-Baqarah ayat 67-71? Nah, ya itu, terkadang karena terbawa oleh kutukan superiority complex, para INTJ bisa jadi se-terbelakang dan se-laknat itu. .

2.    Sering Dianggap Arogan

image source
Sudah bukan rahasia Ilahi lagi kalau seorang INTJ sering meremehkan sesuatu karena Ia acap kali merasa dirinya terlampau mampu (terutama INTJ tipe assertive). Alhasil, Ia jadi dianggap arogan oleh orang-orang sekitar. Ia pun jadi sering menuai banyak kebencian. Lol, terkesan dramatis dan menyeramkan, ya? Hihi, ya gitu deh, makanya dia kemungkinan besar berjodoh sama yang namanya neraka.  

3.    Kerap Kurang Peduli dengan Perasaan Orang Lain

image source
Ya, singkatnya, INTJ memang termasuk yang kurang peduli dengan para makhluk di sekitarnya, yang mana merupakan kelebihan sekaligus kelemahan dari INTJ. Kalaupun mereka berlagak peduli, mayoritas hanya sekedar untuk basa-basi atau karena mereka berprasangka buruk pada individu atau kelompok yang bersangkutan. Alhasil, banyak juga yang pada akhirnya jadi malas untuk peduli secara tulus pada si INTJ. Bahkan, mungkin diam-diam banyak juga yang mendoakan si INTJ ini agar segera mampus alias enyah dari dunia ini (eh buset).

4.    Munafik

image source
Nah ini, alasan yang paling ultima. Seperti yang kita semua ketahui, Tuhan begitu membenci golongan manusia yang munafik. And guess what? For INTJs, hypocrisy is like their true bff. Kenapa? Entahlah, biasanya mereka sering bilang 'tidak' meski faktanya mereka ingin bilang 'iya' (atau sebaliknya). Standar lah ya, alasannya sih untuk kepentingan image building. Namun terkadang, INTJ lupa kalau aktivitas image building tersebut adalah kunci utama yang akan mengantarkan mereka ke depan gerbang neraka.


Bagaimana? Sudah merasa terhibur akan rentetan kebodohan INTJ di atas? Ahaha, sekali lagi saya mau mengingatkan, semua ini cuma sepintas lawakan ala INTJ yang terkenal receh (pasalnya hidup ini memang hanyalah senda gurau belaka). Jadi, apabila ada (baca: banyak) poin-poin yang menurut kalian berbau idiot maupun kontradiktif, ya maklumi saja. Namanya juga guyonan.

Toh pada intinya, artikel ini saya buat untuk menunjukkan sisi manusiawi INTJ, yang bisa 'pintar' sekaligus 'bodoh' secara simultan— yang sama-sama punya kesempatan untuk masuk neraka persis seperti manusia maupun personalities yang lainnya.

So, as usual, don't get us wrong since we all have the same amount of chance to enter this uncomfortably fiery place called 'hell' — baik neraka yang asli maupun jenis 'neraka' yang lain.



PS: maaf kalau artikel ini terlalu random dan judulnya agak terkesan clickbait (hehe). Stay awesome, folks!
Share:

Thursday, June 16, 2016

#INTJRevelation: Kado yang Sempurna untuk Seorang INTJ

(Kalau kalian penasaran dan ingin tahu penjelasan lengkap mengenai tes MBTI versi Wikipedia, kalian bisa klik di sini. Sedangkan untuk penjelasan lengkap mengenai INTJ versi Wikipedia, kalian bisa klik di sini)

Kegiatan memberi kado atau hadiah pada yang tersayang sudah menjadi hal yang lumrah bagi siapa saja ketika hari spesial tiba. Bagaimanapun juga, memilih kado yang tepat untuk seseorang bisa saja menjadi suatu hal yang tricky-plus-exhausting, terutama jika kalian tidak benar-benar mengenal kepribadian dari orang tersebut.

Nah, kalau kalian memiliki sanak famili, kerabat atau bahkan pasangan yang seorang INTJ, bersiap-siaplah bingung dalam mempersiapkan kado yang tepat untuk mereka (ehehe lebay ding) .

Sekedar informasi saja nih ya, seorang INTJ memang akan selalu menerima kado dari kalian. Namun begitu, setelah kalian pergi, bisa saja kado yang sudah capek-capek kalian berikan itu justru jadi berpindah tangan ke orang lain (yang menurut seorang INTJ jauh lebih membutuhkan) atau untuk skenario terburuk, kado kalian bisa saja ... dibuang.


Wuss, sakit bener, ya?

Bukan rahasia lagi kalau INTJ memang terkenal picky dan sulit untuk ditebak akan apa kemauannya. Sekalipun begitu, saya beri sebuah bocoran,ya: kalau bicara masalah kado, INTJ lebih suka barang yang sifatnya 'berguna' ketimbang barang yang sifatnya 'manis'.

Definisi barang 'berguna' menurut mereka pun belum tentu berupa barang yang notabene harganya selangit, lho. Barang 'berguna' itu maksudnya ya, yang bisa memberikan manfaat kepada yang bersangkutan sehingga barang tersebut memiliki nilai yang lebih bermakna. Nah, dari situlah, kado kalian baru akan menjadi kado yang sangat berkesan di mata seorang INTJ.

Yak, jadi pada sesi #INTJRevelation kali ini, saya akan memberikan daftar rekomendasi kado apa saja yang bisa jadi 'sempurna' atau justru menjadi 'bencana' untuk seorang INTJ. Here we go,

Kado yang Akan Diterima dan Disukai oleh INTJ

1.    BukuIt's literally any kind of books. Kalau masalah buku, INTJ tidak akan rewel kok. Bukunya pun bisa berupa novel, komik, ensiklopedi, antologi, biografi, majalah atau bahkan buku tulis/notes sederhana. )

2.    Jam Tangan ( INTJ yang begitu menghargai 'waktu' pasti akan menyukai hadiah yang satu ini. Meskipun begitu, hati-hati. Pilih model jam tangan/arloji yang kira-kira sesuai dengan seleranya. Atau lebih amannya lagi, ajak saja mereka untuk membeli bersama. )

3.    Barang yang Sedang Ia Butuhkan, Bukan Barang yang Sedang Dia Inginkan ( muehehe, contohnya begini: semisal seorang INTJ sempat bilang pada kalian kalau dia sedang ingin membeli sebuah jaket hoodie tapi bahkan untuk membeli sebuah jas hujan saja dia malas. Jadi dari sini, akan lebih baik jika kamu memberinya kado sebuah jas hujan ketimbang jaket hoodie keren tersebut. INTJ akan sangat menghargai detail-detail kecil macam ini dan dijamin, kadar sayangnya padamu akan melonjak pesat meski harga jas hujan bisa jadi jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga sebuah jaket hoodie yang kece. )

4.    Barang Buatanmu Sendiri ( Gak terlalu recommended, sih. However, if you really nailed it, it might be one of the best choices to do. Usahakan barang tersebut adalah barang yang sekali lagi, memiliki manfaat atau nilai guna baginya. )  


5.    Bantal Leher ( Tapi plis, jangan yang norak. Untuk lebih amannya, pilih yang bermotif polos atau memiliki warna yang tidak mencolok. )

6.    Peralatan Ibadah ( Siapa sih yang bakal menolak? )

7.    Makanan Enak ( Siapa sih yang bakal menolak? (2) )

8.    Duit ( Siapa sih yang bakal menolak? (3) )

9.    Obat Tidur Atau Obat Pusing ( lol nah, just kidding. )

10.    Quality Time ( Nah ini nih. Bagi seorang INTJ, yang namanya hadiah itu sebenarnya gak usah yang terlalu muluk-muluk. Bagi mereka, kehadiran kalian di hari spesial mereka saja sudah sangatlah berarti. You can just spend the day together by watching movie, having dinner or going somewhere new. Buatlah dia merasa aman dan nyaman bersama kalian di hari itu. Itung-itung, lumayan kan buat menambah memori berkesan di otak INTJ yang kebanyakan mikir itu. )

Kado yang Akan Diterima INTJ Namun Ujung-Ujungnya Disumbangkan atau Dibuang 

1.    Bunga ( -____- )

2.    Boneka ( -____- (2) )

3.    Hewan Peliharaan ( Boro-boro melihara hewan, melihara diri sendiri aja udah susah  -___- )


4.    Barang Mahal yang Gak Berguna ( Contohnya seperti batu akik atau parfum ber-merk. Bisa dipastikan kalau seorang INTJ akan secara instan merasa ilfeel pada kalian dan berkata: " Ngapain beli barang gak guna model begini?? Tahu gitu transfer aja mentahan nya ke rekening gue -_- " )

5.    Baju ( Menurut INTJ, membeli baju seharusnya adalah kegiatan yang hukumnya dilakukan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. )


Alright, I think that's all. Semoga bermanfaat ya buat kalian dan sekali lagi jangan lupa, INTJ values quality way way more than quantity. Jadi, jangan khawatir kalau hadiah atau kado kalian sederhana karena yang terpenting adalah, kado tersebut bisa membawa manfaat bagi si penerima :)


Share:

Tuesday, June 7, 2016

6 Lagu yang Hukumnya Wajib Diketahui Oleh Para Introvert

Hi, Dialers!

Jujur, sebagai seorang introvert, salah satu kegiatan favorit yang sering saya lakukan di waktu senggang adalah mendengarkan lagu. Bahkan saya rasa, kegiatan menyenangkan yang satu ini tidak hanya digemari oleh para introvert saja, melainkan digemari nyaris oleh semua kalangan.


Ya, mungkin alasan kenapa seorang introvert pada umumnya hobi mendengarkan lagu karena pertama, kegiatan ini tidak mengharuskan mereka untuk berbicara. Kedua, mendengarkan lirik dan menghanyutkan diri ke dalamnya merupakan aktivitas yang sifatnya begitu mengasyikkan dan yang terakhir, sesungguhnya dalam kegiatan ini hanya ada kita dan musik, tanpa ada orang lain yang mengusik, tanpa ada orang lain yang berisik.

Nah, kebetulan, pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi mengenai beberapa referensi lagu yang menurut saya erat kaitannya dengan kehidupan seorang introvert.

Hoho, tanpa menunggu lebih lama lagi, inilah daftarnya,

1.    Me, Myself, and I (G-Eazy feat. Bebe Rexha)

image source
" Oh, it's just me, myself and I
Solo ride until I die
'Cause I got me for life "

" Oh I don't need a hand to hold
Even when the night is cold
I got that fire in my soul "


Single kece yang dibawakan oleh rapper asal Amerika, G-Eazy, ini dirilis pada Oktober 2015 dan tergolong ke dalam genre pop-rap. Tidak tanggung-tanggung, single ini pun sempat menduduki peringkat ke-7 dalam chart US Billboard Hot 100

Single pertama dari album kedua G-Eazy ini memang memiliki beat yang ciamik sehingga saat pertama kali mendengarkannya saja sudah langsung terngiang di kepala. Suara Bebe Rexha yang khas pun semakin menambah warna pada single yang sudah terjual lebih dari satu juta kopi di AS ini.

" And as far as I can see I just need privacy
Plus a whole lot of tree, f*ck all this modesty
I just need space to do me get a world that they're tryna see "

" Yeah, and I don't like talking to strangers
So get the f*ck off me I'm anxious
I'm tryna be cool but I may just go ape sh*t
Say "f*ck y'all" to all of y'all faces "

Selain liriknya yang straightforward, video klip dari lagu ini juga menampilkan hal yang sangat dibenci oleh seorang introvert: kerumunan banyak orang. 

Di video klip ini G-Eazy digambarkan menjadi 'stres berat' karena mendapatkan kejutan ulang tahun yang menghadirkan kerumunan banyak orang di rumahnya. G-Eazy pun akhirnya menghindari orang-orang tadi dengan pergi ke kamar mandi dan berbicara pada 'dirinya sendiri' dengan 'gilanya' di depan kaca. Bagaimana? Apakah kalian pernah mengalami kejadian yang seperti ini juga sebelumnya?



2.    Here (Alessia Cara)

image source
" Oh oh oh here oh oh oh here oh oh oh
I ask myself what am I doing here? "

" Oh oh oh here oh oh oh here
And I can't wait till we can break up outta here "

Single yang dirilis pada April 2015 ini juga memiliki lirik yang 'introvert banget' lho, guys. Kerennya lagi, debut single dari Alessia Cara ini pun sempat berada di peringkat ke-5 chart US Billboard Hot 100. 

" Excuse me if I seem a little unimpressed with this
An anti-social pessimist but usually I don't mess with this
And I know you mean only the best and
Your intentions aren't to bother me
But honestly I'd rather be "

" Somewhere with my people we can kick it and just listen
To some music with the message (like we usually do)
And we'll discuss our big dreams
How we plan to take over the planet
So pardon my manners, I hope you'll understand it "

Saat mendengarkan lagu ini, kalian akan disuguhi alunan musik alternative RnB yang yahud nan cozy. Liriknya pun bercerita tentang seseorang yang terpaksa menghadiri sebuah pesta karena, ya, bagaimana lagi, teman-temannya berada disana dan sebagai bentuk 'formalitas', Ia pun jadi menghadiri pesta tersebut. Sekalipun begitu, di sepanjang lagu ditampilkan lirik yang merupakan 'curhatan' akan bagaimana dia sebenarnya membenci kegiatan yang sifatnya memang sangatlah useless ini. 




3.    Pieces (Sum 41)

image source
If you believe it’s in my soul
I’d say all the words that I know
Just to see if it would show
That I’m trying to let you know
That I’m better off on my own

'Pieces' merupakan lagu pertama yang membuat saya jatuh cinta pada grup band asal Kanada bernama Sum 41 ini. Menurut saya, lagu ini cocok sekali untuk didengarkan waktu sedang turun hujan sembari makan mi kuah instan rasa ayam bawang (eaa). 

Single kedua dari album Sum 41 yang bertajuk Chuck ini sejatinya memiliki nuansa yang mellow dan terkesan 'biru'. Hebatnya, pada tahun perilisannya (2005), lagu ini sempat masuk ke dalam jajaran US Billboard Modern Rock Tracks.

I tried to be perfect
But nothing was worth it
I don’t believe it makes me real
I thought it’d be easy
But no one believes me
I meant all the things I said

This place is so empty
My thoughts are so tempting
I don’t know how it got so bad
Sometimes it’s so crazy
That nothing can save me
But it’s the only thing that I have

Rasa alternative rock yang ditawarkan pada lagu ini terbilang sangat kental. Lagu ini bercerita tentang betapa fana-nya kehidupan yang ada di muka bumi ini. Lagu ini pun seakan menyatakan bahwa there's no such thing as 'perfect life' in this whole filthy world. Hm, saya rasa filosofi macam ini adalah tipikal filosofi yang akan dianut oleh para introvert sekalian, ya. Selain itu, penekanan kalimat 'that I’m better off on my own' di beberapa akhiran lirik semakin menambah citarasa introvert yang tertuang di dalam lagu ini.

Video klip lagu ini pun begitu menyentuh. Diceritakan si vokalis berjalan sendirian menyusuri jalanan yang lengang dan beberapa truk mini dengan kaca transparan pun melewatinya. Masing-masing truk memiliki label seperti "the perfect vacation", "the perfect night", "the perfect family" dan "the perfect body". Pada akhir video, si vokalis akhirnya menaiki salah satu dari truk mini tersebut yang berlabel "the perfect life". Namun tak lama, huruf  'f ' pada kata 'life' terjatuh dan justru mengubah label yang ada menjadi "the perfect lie". Hm, ironis, ya?



4.    Perfect (Simple Plan)

image source
" 'Cause we lost it all
Nothing lasts forever
I'm sorry
I can't be perfect "

" Now it's just too late and
We can't go back
I'm sorry
I can't be perfect "

Dirilis pada Agustus 2003, lagu yang dibawakan oleh grup band asal Kanada, Simple Plan, ini bercerita tentang seorang anak yang merasa gagal menjadi apa yang diinginkan oleh ayahnya. Konon, si anak ini sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik tapi tampaknya hal itu tidak pernah cukup di mata sang ayah.

Lagu yang juga sempat nongkrong di US Billboard Hot 100 ini dibalut dalam alunan melodi pop rock ala Simple Plan yang menurut saya begitu manis dan 'tidak akan lekang oleh waktu'. 

" I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don't care anymore "

" And now I try hard to make it
I just wanna make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't stand another fight
And nothing's alright "


Terus apa dong hubungannya sama introvert? Menurut saya, lagu ini memiliki segi introvert yang kuat karena sebagai seorang introvert, kita kerap kali mencoba untuk menjadi 'perfect' di depan orang-orang.

Selain itu, video klip yang ditampilkan dari lagu ini memiliki setting yang begitu dekat dengan para introvert: kamar tidur. Eits, jangan mikir jorok dulu, ya. Di video klip ini ditampilkan beberapa remaja dalam kamar tidur berbeda namun di dalam sana, mereka sama-sama nampak 'frustrasi'. Belum cukup sampai disitu, kita akan semakin dibuat baper oleh efek hujan lebat yang mengguyur para personil band saat mereka memainkan lagu ini. Bagaimana? Sudah siap untuk mendengarkan lagunya?



5.    I'm Just a Kid (Simple Plan)

image source
" I'm just a kid and life is a nightmare
I'm just a kid, I know that it's not fair

Nobody cares, cause I'm alone and the world is

Having more fun than me tonight "

Lagu debut dari Simple Plan yang dirilis pada Februari 2002 ini akan memanjakan telinga kalian dengan hentakan irama pop punk yang aduhai. Sekalipun begitu, di mata saya, lirik yang terkandung dalam lagu ini sebenarnya cukup menyedihkan dan cukup menggambarkan kehidupan dari seorang introvert.

" And maybe when the night is dead,
I'll crawl into my bed
 I'm staring at these 4 walls again
I'll try to think about the last time
I had a good time
Everyone's got somewhere to go "

" What the hell is wrong with me?
What the f*ck is wrong with me?
Don't fit in with anybody
How did this happen to me?
Wide awake I'm bored and I can't fall asleep
And every night is the worst night ever "

Well, as an introvert, I sometimes get upset because I can barely understand the reason why I'm a little bit different from others. Di dalam lagu ini pun terpancar jelas pernyataan yang sama, yang mana menunjukkan bahwa terkadang sebagai seorang introvert, kita kerap kali merasa 'terasingkan'. And you know what? Sometimes, it somehow doesn't feel so fair, persis seperti lirik yang tercantum pada lagu ini. 



6.    Creep (Radiohead)

image source
" But I'm a creep, I'm a weirdo,
What the hell am I doing here?
I don't belong here. "

Last but not least, we've got 'Creep' from a legendary English band named Radiohead. Dirilis pada September 1992, lagu ini mempunyai deretan lirik yang epic dan begitu tulus. Musik yang disuguhkan dalam lagu ini pun begitu easy listening. Meski beberapa orang menganggap kalau lagu ini memiliki kesan yang 'depressing' alias bikin ingin bunuh diri, tapi ternyata lagu ini sukses mendominasi chart Billboard Hot 100 lho, guys. 

I don't care if it hurts,
I want to have control,
I want a perfect body,

I want a perfect soul,
I want you to notice,
When I'm not around,
You're so f*cking special,
I wish I was special.

Sebenarnya lagu ini berkisah tentang seorang laki-laki yang naksir pada seorang perempuan namun Ia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Dalam liriknya, si laki-laki ini bahkan mengagungkan keberadaan si perempuan tersebut dengan menganggapnya sebagai seorang bidadari yang melayang di dunia surgawi.

Hubungannya dengan introvert? Well, kalimat "I don't belong here " yang tertera pada lirik lagu inilah buktinya. Lirik tersebut tentu dapat mewakili tabiat seorang introvert yang seringkali merasa 'tidak nyaman' berada pada suatu lingkungan tertentu. Tidak heran, lagu ini sering digadang-gadang sebagai 'lagu kebangsaan' dari orang-orang yang berkepribadian introvert. Bagaimana? Apakah kalian setuju?




Nah, itu tadi adalah deretan 6 lagu yang hukumnya wajib diketahui oleh para introvert. Semoga postingan kali ini dapat menambah wawasan musik kalian dan dapat mempersatukan para saudara-saudara introvert sekalian yang ada di luar sana, ya (ehehe).


(source: my own head, az-lyrics and wikipedia)

Share:

Wednesday, June 1, 2016

#INTJRevelation: Saat Seorang INTJ Merasa Emosional

(Kalau kalian penasaran dan ingin tahu penjelasan lengkap mengenai tes MBTI versi Wikipedia, kalian bisa klik di sini. Sedangkan untuk penjelasan lengkap mengenai INTJ versi Wikipedia, kalian bisa klik di sini)

Jadi ceritanya kemarin saya tidak bisa tidur dan terjaga hingga pukul dua pagi. I can directly tell you that I totally hate it. Kenapa? Karena sebagai seorang manusia yang memiliki trait 'T' (Thinking) , tidak-bisa-tidur itu hasilnya sama dengan otak-akan-bekerja-semakin-keras-dari-biasanya. 

Saat tidak bisa tidur, otak saya terus-menerus menghasilkan gambaran-gambaran dan rencana-rencana yang bahkan sebenarnya sering tidak masuk akal. Sebagai seorang pemikir, jujur saja, di malam hari, ide yang sulit didapat di siang hari justru bertaburan dimana-mana bak hamparan meses di atas kue terang bulan (nah lho, laper kan ente). Namun begitu, ide-ide ini mayoritas jadi tidak tersalurkan karena terganjal faktor fisik yang sudah kelelahan.




Akhirnya apa yang terjadi? Ujung-ujungnya saya hanya bisa merenung sambil memandangi kotak-kotak asbes. Saya jadi sedikit emosional. Sekalipun begitu, jangan kira saya bakal langsung menangis semalaman hingga kedua kantung mata saya menjadi segede-gede bola tenis.

Saya orangnya jarang menangis. Saya hanya menangis ketika saya mendapatkan masalah yang solusinya out of logic. Saya hanya menangis ketika saya mendapatkan masalah yang mengharuskan saya menggunakan 'hati' untuk memecahkannya.

Nah, dalam kesempatan kali ini, saya akan membongkar beberapa rahasia kecil lain tentang apa sih yang dipikirkan dan dilakukan oleh seorang INTJ ketika doi merasa emosional. Berikut poin-poinnya,


Yang Dipikirkan

1.    Being Emotional is Somehow Embarassing, Therefore We Rarely Show It Off

Saat merasa emosional, seorang INTJ JELAS tidak akan langsung menampakkannya di depan orang lain. Kenapa? Pertama, we surely have serious trust issues dan kedua, menjadi emosional itu menurut kami bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. 

Sebagai seorang perfeksionis, menjadi emosional itu sebenarnya kami anggap sebagai suatu bentuk 'kegagalan'. Dan seperti manusia normal lainnya, kami menganggap bahwa 'kegagalan' itu adalah suatu hal yang 'memalukan'. Maka dari itu, kami akan berusaha keras untuk selalu menutupi 'kegagalan' tersebut. Terdengar berlebihan? Mungkin. Namun bagi saya pribadi, fakta ini memang benar.



(image source)

As an introvert, INTJs also truly believe in the power of  having 'layers' (in terms of showing who they are). Iya, Introvert itu ibarat bawang merah yang punya banyak 'lapisan'. 

Gak sembarang orang lho yang beruntung dapat melihat sisi emosional seorang Introvert (apalagi seorang INTJ). Ini karena bagi para Introvert, memperlihatkan sisi emosional mereka itu sifatnya super duper sakral. Mungkin hanya kalangan orang-orang sakti saja yang dapat melihatnya (wkwk enggak, ding. Yang barusan itu lebay).   


2.    Being Emotional is Considered as a Waste of Time. Yet, We still need it


(image source)
Saya menganggap menjadi emosional itu nyaris tidak ada untungnya. Satu-satunya keuntungan yang bisa didapat dari menjadi emosional ialah kita bisa melaksanakan nature kita sebagai manusia. 

Iya, tentu saja menjadi emosional adalah bagian dari kegiatan yang 'memanusiakan' kita. Bagaimanapun, saya tidak setuju kalau kita menggunakan pernyataan tadi sebagai alasan untuk selalu bertindak secara emosional. 


Yang Dilakukan

1.    Mengungkapkan Rasa Emosional pada/Melalui Media Tertentu 

Seorang INTJ pasti memiliki sebuah media yang sifatnya privat dan personal guna menyalurkan rasa emosional mereka yang begitu 'menyiksa'. Media itu bisa berupa hobi, meditasi, atau bagi saya, media itu berupa apa yang selalu disebut sebagai 'bunga tidur' alias 'mimpi'.

Alam bawah sadar saya cukup sering secara 'licik' mencekoki saya dengan mimpi-mimpi emosional yang simbolis. 


(image source)
Contohnya nih ya, saya sudah berkali-kali bermimpi berteriak pada seseorang (sebut saja si 'dia') yang notabene adalah orang yang sudah membuat saya trauma akan banyak hal dan terus terang saja, saya sudah cukup lama tidak bertemu dengan 'dia'. 

Di dalam mimpi itu, saya meneriakkan seluruh keluh kesah yang tidak bisa saya sampaikan di kehidupan nyata akannya, tepat di depannya. Namun begitu, selalu ada 'penghalang' yang membatasi kami di setiap mimpi seperti dinding kaca, para sahabatnya, atau saya tiba-tiba kehilangan suara saya di tengah percakapan. Respon dari 'dia' pun selalu sama, dia hanya diam dan menangis. Anehnya, respon ini begitu berlawanan dengan kepribadian aslinya yang selalu marah-marah dan mengutuk. 

Ya, saya rasa sederhana saja. Ini adalah refleksi dari keinginan diri dan emosi saya sebagai seorang INTJ yang sangat sulit untuk saya ungkapkan pada realita. Alhasil, semuanya pun jadi tercermin di dalam mimpi, deh. Bagaimanapun itu, terbangun dari mimpi macam ini selalu berhasil membuat saya sakit kepala. Menyebalkan deh pokoknya.


2.       Belajar Dari Rasa Emosional Tersebut


(image source)

I know it sounds pretty cliche but this is simply what we do after having an emotional wreck


Nah, kesimpulannya, saya hanya mau klarifikasi saja bahwa se- 'kaku' apapun dan se- 'robot' apapun seorang INTJ, dia tetap seorang manusia yang bisa merasa, kok. Hanya saja, level dan frekuensi nya bisa dibilang jauh lebih rendah dari mereka yang memilik trait 'F' (Feeling). 

Kami merasa ketika kami perlu untuk merasa.

So, don't get us wrong because Socrates said,

" A system of morality which is based on relative emotional values is a mere illusion, a thoroughly vulgar conception which has nothing sound in it and nothing true. " 
Share: